Pendaftaran online NLC

1064586-light-background-wallpapers-hd.jpg

  1. Pastikan jaringan internet anda stabil, kemudian klik link berikut :
  2. formulir online NLC
  3. Isi nama lengkap
  4. Isi asal sekolah dengan benar
  5. Isi tempat tanggal lahir dengan benar
  6. Tulis nomor telepon anda yang terhubung dengan WA
  7. Setelah itu pilih level : level basic (khusus untuk level pemula yang ingin memperbaiki materi dasar bahasa Inggris) – level intermediate (khusus untuk siswa yang memiliki kemampuan speaking yang ingin dikembangkan – level advance (khusus untuk siswa yang kemampuan speakingnya sudah lancar dan ingin memperoleh skill critical and creative thinking) – level profesional (khusus untuk siswa yang memiliki kemampuan speaking yang fasih, biasanya ditujukan untuk pemantapan persiapan lomba bahasa Inggris, seperti debat bahasa Inggris dan pidato bahasa Inggris
  8. Klik tombol SETUJU untuk persyaratan pembayaran administrasi dan pendaftaran
  9. Terakhir, klik tombol KIRIM (warna biru) di pojok bawah jika semua data diri sudah benar dan lengkap

ECOS SMAN 1 Model Pinrang raih juara umum 1 turnamen & pentas bahasa Inggris S1EC 2017 di SMAN 1 Maros

1503839972095

                  Harumkan nama kota Pinrang, Organisasi bahasa Inggris ECOS SMAN 1 Model Pinrang raih delapan tropi bergengsi, sekaligus meraih juara umum 1 dalam pentas dan turnamen tahunan bahasa Inggris SMAN 1 Maros, S1EC 2017. Detail juara yang diperoleh ECOS SMAN 1 Model Pinrang adalah juara 1 debat bahasa Inggris, juara 1 lomba news reporting, juara 1 English fun games, juara 2 lomba pidato bahasa Inggris dan best favorite u-vlog. Persaingan dan rival yang paling sengit adalah SMAN 15 Makassar ada pada lomba debat bahasa Inggris. Pasalnya, ECOS SMAN 1 Model Pinrang gagal mendapat tiket menuju final setelah dikalahkan oleh tim debat LIBELS (SMAN 15 Makassar) dalam acara turnamen debat bahasa Inggris UNHAS PILOT 2015.

SAMPUL B

Dalam acara bergengsi, S1EC 2017, tim debat SMAN 1 Model Pinrang berhasil membayar tuntas kekalahan mereka dua tahun yang lalu. Di laga final, Irwansyah, Jayadi dan William selaku tim A ECOS SMANSA, berhasil mengalahkan tim debat SMAN 15 Makassar sekaligus meraih predikat pembicara terbaik dalam lomba itu. “Senior-senior kami adalah kekuatan utama kami. Ikatan organisasi yang tak pernah putus meski kita lulus dari sekolah. Terima kasih banyak buat guru Pembina ECOS SMAN 1 Model Pinrang dan terima kasih banyak buat senior senior yang telah melatih kami sampai bisa seperti ini.” Ujar Jayadi, peraih best speaker asal SMAN 1 Model Pinrang dalam lomba debat bahasa Inggris S1EC 2017.

Prestasi ECOS tentu tak lepas dari kedisiplinan guru Pembina mereka yaitu, Pak Akbar Maksum S.Pd. Beliau meluangkan waktu melihat perkembangan latihan siswa-siswi ECOS di Nigella Learning Center seminggu sebelum lomba. Beliau bahkan menemani ECOS sampai malam, melakukan doa bersama dan motivasi yang bisa meyakinkan setiap siswa agar percaya pada kemampuannya sendiri. Selain itu, ECOS SMAN 1 Model Pinrang, terutama tim debat mereka, memiliki pelatih yang profesional. Jayadi Reiji selaku pemiliki Nigella Learning Center, juga mantan debater Nasional NUDC Batam 2014, melatih tim debat ECOS SMAN 1 Model Pinrang dari siang sampai malam. Melakukan strategi tim, teknik penyusunan ide dan analisis.

“Sejak saya masih menjadi debater, saya pernah mengundang juara Nasional debat bahasa Inggris dari ITB, Rifan Ibnu Rahman dan juara nasional NUDC Batam dari Universitas Indonesia, Aulia Anggita Larasati. Dua orang hebat itu melatih saya dengan sepenuh hati. Sekarang, semua ilmu yang saya dapat dari kak Rifan dan kak Aulia, semuanya saya wariskan pada anak-anak ECOS SMAN 1 Model Pinrang. Diwarisi dan mewarisi, hubungan guru dan murid yang sebenarnya adalah belajar memahami perasaan teman-teman satu tim dan tak mengulangi kesalahan yang sama.” Ujar pelatih ECOS, Jayadi Reiji, 24 Agustus silam. Di balik semua kesuksesan ECOS, kunci dari semua itu adalah perasaan peduli di setiap pengurus inti, kerja keras mengurus proposal, dan teknisi lainnya. Berusaha berdamai dengan sesama teman satu organisasi, tidak membesar besarkan masalah dan selalu menjaga kebersamaan organisasi. PRESTASI lahir tak memandang derajat sekolah dan dana organisasi, PRESTASI lahir dari kerja keras dan niat yang tulus.

NIGELLA LEARNING CENTER MENJADI PENGHUBUNG LATIHAN GABUNGAN GATES SMAN 11 UNGGULAN PINRANG DAN ECOS SMAN 1 MODEL PINRANG

NEWS

                     GATES, organisasi bahasa Inggris SMAN 11 Unggulan Pinrang menerima undangan personal dari organisasi bahasa Inggris SMAN 1 Model Pinrang yang diperantarai oleh Nigella Learning Center. Dua organisasi sekolah teladan kabupaten Pinrang melakukan latihan gabungan debat bahasa Inggris pada 23 Agustus 2017. Jayadi Reiji sebagai pengelolah Nigella Learning Center ikut mendampingi tim debat ECOS SMAN 1 Model Pinrang. Pihak GATES mempercayakan Jayadi sebagai juri utama dan Ahmad sebagai time keeper. Siswa-siswa ECOS SMAN 1 Model Pinrang, berkunjung dengan rasa senang. Mereka tak hanya datang latihan, tapi juga melakukan foto bersama dan reuni singkat sesama teman masa SMP yang sekolah di SMAN 11 Unggulan Pinrang.

Sambutan hangat dan ramah oleh siswa-siswa SMAN 11 Unggulan Pinrang juga dilengkapi dengan atmosfer  dan pemandangan asrama yang bersih menunjukkan kedisiplinan pelajar SMAN 11 Unggulan Pinrang. Dalam latihan gabungan tersebut, Pembina GATES juga ikut serta mengamati perkembangan representative tim debat GATES yang melawan tim debat ECOS dengan mosi debat “THW send developed country teacher to teachi in developing country for six months”. Latihan gabungan tersebut juga disaksikan oleh sekitar lima puluh siswa-siswi SMAN 11 Unggulan Pinrang yang hadir mendukung di luar banch.

1503483182016

“SMANSES dan SMANSA adalah dua sekolah kebanggaan kota Pinrang sekaligus ujung tombak di setiap turnamen turnamen besar bahasa Inggris tingkat regional maupun nasional. Latihan gabungan ini semoga menjadi batu loncatan untuk masing-masing ketua organisasi untuk bisa lebih giat bekerja sama dalam meningkatkan mutu dan SDM organisasi kedepannya. Seragam kita berbeda tapi kita tetap satu atap dan satu rumah, kita adalah teman.” Ujar Jayadi Reiji dalam sambutan penutup latihan debat beberapa waktu silam.

Kedepannya, NLC dan ECOS akan menjalin kerja sama untuk sekolah sekolah lainnya di kabupaten Pinrang seperti SMAN 2 Pinrang dan MAN Pinrang. Diharapkan, semua sekolah bisa jadi andalan dalam perwakilan kota Lasinrang dalam setiap kompetisi bahasa Inggris. Pemerataan kualitas SDM sekolah bisa lebih muda tercapai dengan adanya kerja sama antara organisasi sekolah yang berbeda. Mengingat kekuatan tim debat bahasa Inggris wilayah sembilan (Sulawesi) masih jauh dibawah kualitas debater pulau Jawa, baik tingkat SMA maupun Mahasiswa, maka NLC berkomitmen untuk melakukan pelatihan debat dan latihan gabungan yang lebih giat bagi semua organisasi bahasa Inggris SMA dan Universitas di wilayah Ajatappareng. Dengan demikian, akan banyak lahir debater-debater hebat di setiap daerah tanpa memandang sekolah tapi lebih mengutamakan usaha dan niat. Kompetisi di setiap turnamen bahasa Inggris pun jadi semakin seru bagaikan “Liga Inggris” jika pemerataan kualitas debater Sulawesi bisa tercapai.

ECOS SMAN 1 Model Pinrang kerja sama dengan Nigella Learning Center

BOOTH

               Kerja sama perdana Nigella Learning Center dengan Organisasi bahasa Inggris ECOS SMAN Model 1 Pinrang. 14 Agustus 2017, pengelolah lembaga NLC, Jayadi Reiji melakukan rapat pertama bersama anggota ECOS yang membahas tentang persiapan pentas dan turnamen bahasa Inggris yang akan diadakan di kabupaten Maros 25 Agustus mendatang. ECOS SMAN Model 1 Pinrang sepakat menjadikan NLC sebagai rumah belajar sekaligus mitra kerja sama dalam suksesnya semua program kerja ECOS mendatang.

“Kami sangat prihatin terhadap potensi akademik khususnya di bidang bahasa Inggris. Semakin tahun, potensi itu semakin menurun. Bukan karena malas atau rajin, bukan karena kita berasal dari sekolah A, sekolah B. Sekolah mana pun bisa jadi JUARA. Kendala utama adalah kurangnya pelatih bahasa Inggris profesional, kepedulian dan waktu luang Pembina dan kendornya persatuan serta kebersamaan  sesama teman organisasi, kubu-kubu yang tercipta dalam organisasi, konflik sesama pengurus dan proses pencairan dana lomba yang sering dipersulit” Ujar pengelolah Nigella Learning Center pada rapat ECOS 14 Agustus silam. Dalam rapat tersebut, pengelolah NLC memberikan layanan pelatihan gratis bagi semua nggota ECOS SMAN Model 1 Pinrang yang lolos seleksi dalam setiap turnamen bahasa Inggris. Tak hanya itu, pengurus ECOS juga bisa melakukan bimbingan gratis terkait masalah akademik dan lembaga, bebas menikmati fasilitas belajar di NLC serta menggunakan ruang kelas NLC sebagai “markas kedua” dan event-event mikro organisasi ECOS SMAN 1 Pinrang.

1502706852889

Inspirasi Jayadi Reiji melakukan sisitem berbeda dengan lembaga kursus lain tak lepas dari kalimat wakil presiden Jusuf Kalla. Beliau pernah berkata bahwa “Terciptanya SMA Atira karena kami ingin potensi dan kualitas pelajar di Sulawesi bisa bersaing dengan pelajar di pulau Jawa.” Andai saja semua pola pikir pemimpin di bidang pendidikan bisa seperti itu, maka pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia bisa teratasi dengan cepat.

Nigella Learning Center membuka kesempatan bagi semua organisasi bahasa Inggris SMA-SMP untuk bekerja sama dalam peningkatan prestasi sekolah khususnya di bidang bahasa Inggris. Sebelum NLC dibentuk, Jayadi sudah mendapat kepercayaan melatih bahasa Inggris di berbagai SMA ternama di Sulawesi Selatan seperti, PPM Rahmatul Asri, SMAN 5 Unggulan Parepare, SMAN 3 Pinrang dan SMAN 1 Model Pinrang. Bersama NLC, besar harapan kami, akan banyak lahir generasi-generasi hebat dan memiliki jiwa kepedulian yang tinggi di Sulawesi, khususnya di kabupaten Pinrang.

SISWA DESA VS SISWA KOTA

IMG_1965.JPG

              Siswa kota dan desa secara IQ hampir merata. Tapi yang membedakan mereka adalah SEMANGAT BELAJAR. Secara garis besar, siswa yang sekolah di kota IQ-nya tak jauh beda dengan sisa desa, tapi siswa kota mampu melihat banyak peluang di balik hal-hal berharga (seperti seminar, pelatihan, lomba kabupaten, les, bimbel, kursus, ikut olimpiade dan seleksi pertukaran pelajar luar negeri) yang dinilai “buang-buang waktu” oleh siswa desa. Setelah siswa desa tamat SMA, impian mereka rata-rata hampir sama. Yaitu, polisi, pegawai dan staff bandara. Siswa kota setelah tamat SMA, akan fokus dengan beraneka ragam cita-cita seperti, STPDN, Apoteker, Bidan, Hakim, pengacara, Notaris, dan jurnalis. Sifat siswa desa yang acuh tak acuh serta tak saling gengsi dalam ketertinggalan gaya dan teknologi, tak ada nilai saing antara siswa, mendorong promotor beasiswa dan promotor universitas ternama malas sosialisasi di sekolah-sekolah pelosok desa. Itu karena para promotor menilai bahwa siswa desa hanya acuh tak acuh dan tak peduli dengan hal seperti itu. Paling yang berminat hanya 2% diantara keseluruhan jumlah siswa dalam satu sekolah.

Siswa yang sekolah di desa, siswa yang seharusnya tidak naik kelas, dinaik kelaskan. Organisasi basket tidak aktif, jika latihan, hanya sekedar latihan. Tanpa adanya bimbingan dari guru maupun pelatih. Cenderung organisasi sekolah di desa tidak seimbang. Maksudnya, hanya organisasi tertentu saja yang aktif lomba, hanya organisasi tertentu saja yang mendapat perhatian khusus dari pembina. Dampaknya, banyak siswa yang bakatnya tidak berkembang, mereka hanya sekolah tiga tahun tanpa tahu dan merasakan arti sebenarnya persaingan, sensasi lomba luar kabupaten dan penghargaan bakat.

Banyak opini subjektif yang menilai bahwa sekolah di desa dan kota tak ada bedanya. Jika kita ingin sukses, bukan ditentukan oleh sekolah, melainkan usaha kita sendiri. Pendapat itu adalah pendapat siswa putus asa yang pasrah akibat tak lulus di SMA/SMP favoritnya dan pasrah sekolah di sekolah yang dijadikan batu loncatan. Secara garis besar, sekolah kota dan desa sangat berdampak bagi kemajuan siswa. Sekolah di desa mayoritas dipenuhi dengan siswa siswa dngan pola pikir santai yang akan mempengaruhi karakter kita. Bagaimana rasanya jika hanya kita seorang diri yang ingin melakukan perubahan di sebuah organisasi tapi teman-teman dan pembina tak mendukung dan hanya acuh tak acuh? Bagaimana rasanya jika perlombaan yang membutuhkan kerja sama tim tapi hanya satu dua orang yang tertarik dengan lomba itu dan akhirnya undangan lomba untuk sekolah dibatalkan?

Sehebat apapun seorang siswa, mustahil bisa membuat perubahan berarti seorang diri. Dan kasus itu sering terjadi di sekolah yang ada di desa. Beda dengan sekolah di kota, dipenuhi dengan persaingan, siswa-siswa yang semangat belajar, sistem yang lebih moderen, dan inovasi pendidikan yang mempermudah proses pembelajaran. Guru-guru pembimbing yang tingkat kepeduliannya tak sama dengan guru pembimbing sekolah unggulan di kota. Tim olimpiade dan tim olahraga sekolah di kota dilengkapi dengan prasarana lengkap dan pelatih yang profesional. Sedangkan tim olimpiade dan tim olahraga sekolah desa sering latihan sendiri tanpa pelatih, dan sering terkendala masalah dana lomba. Yang paling parah adalah, lulusan-lulusan sekolah sekolah desa yang memiliki akreditasi rendah tak terlalu dilirik oleh universitas ternama saat mendaftar, baik secara jalur mandiri maupun jalur khusus.

Daya saing bahasa dan life style siswa di pelosok semakin tahun statistiknya naik turun. Ditambah lagi sistem pendidikan yang berat sebelah mendorong siswa untuk sulit menyesuaikan diri dengan levelnya. Tak heran jika sekarang kita banyak menemui mahasiswa yang gaya berpikirnya seperti anak SMP kelas 3. Berikut ini beberapa kasus dan alasan, mengapa siswa sulit menguasai pelajaran sekolah khususnya bahasa Inggris  :

1.) Sejak SD sampai sekarang kita belajar bahasa Inggris tapi kenapa belum bisa berbahasa Inggris ? Itu karena kita tidak menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan. Sejak SMP, LKS dan buku paket bahasa Inggris memiliki wacana full English, sedangkan kemampuan kita saat itu hanya bisa memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris, itupun masih tersangkut-sangkut. Betul gak ? LKS dan buku paket bahasa Inggris adalah mayoritas produksi pulau Jawa. Kenapa siswa-siswa di Jawa bisa menyesuaikan diri dengan porsi materi di buku paket sedangkan siswa di Sulawesi tidak? Itu karena siswa-siswa di Jawa mayoritas mulai kursus sejak kelas enam SD.

Coba bayangkan ulang, soal-soal latihan dalam buku paket bahasa Inggris menggunakan bahasa Inggris full, sedangkan jumlah kosa kata yang kita kuasai masih sangat kurang. Jadi wajar kalau siswa lebih mengandalkan google dalam mengerjakan tugas. Padahal materi yang kita pelajari itu buku paket SMP, buku paket SMA sesuai dengan level kita Iya kan? Kita bilang bahasa Inggris di buku paket susah padahal itu buku paket SMA bukan buku paket anak kuliah, benar gak? Soal-soal dalam buku paket bahasa Inggris tak sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa, karena kta tak menyesuaikan diri sejak awal.

Masalah selanjutnya adalah, beda sekolah, beda penggunaan buku paket. Setiap buku paket tingkat kesulitan soalnya berbeda-beda. Ada sekolah yang pakai label Erlangga, Quantum dan lain-lain. Soal dalam buku paket menyuruh kita membuat karangan cerita, mempromosikan produk dalam bahasa Inggris, menjawab soal-soal cerita dengan naskah full English. Selama sekolah, kita menjalani proses belajar dan latihan dengan cara menyesuaikan respon wacana singkat dalam bahasa Inggris, pada saat ujian nasional, soal menekan kita untuk menemukan topik wacana, ide pokok dan informasi detail yang hampir tak pernah ditemui dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa hanya menemui latihan itu pada saat waktu deti detik menjelang ujian nasional melalui les.

Coba bayangkan dan pikirkan secara logis, proses yang kita tempuh untuk belajar tak sejalan dengan tujuan akhir pembelajaran. “Ibaratkan seekor kelinci yang ingin mengikuti ujian memanjat phon tapi selama tiga tahun selalu diberi latihan untuk berlari mengelilingi pohon.” Logis kan?

Bukan sistem yang salah. Kita yang tak menyesuaikan diri dengan sisitem. Karena soal-soal Ujian Nasional dan standar materi bahasa Inggris yang kita pelajari, itu juga yang dipelajari oleh siswa-siswa Makassar, Jakarta, Surabaya dan sebagainya. Soal-soal dalam buku paket bahasa Inggris bukan soal-soal mata pelajaran anak kuliah. Itu adalah soal-soal yang sesuai dengan level kita. Kita tak bisa menjawabnya karena sejak SD dan SMP, kita tak mempersiapkan diri untuk perubahan sistem pendidikan. Jangan salahkan kalau soal-soal dalam buku paket bahasa Inggris itu sulit, karena kita sendiri tak menyesuaikan diri. Bukan soalnya yang salah tapi kita yang ketinggalan pelajaran. Teman-teman yang punya pemikiran yang baik, mengatur waktu bermainnya sambil belajar di tempat kursus, sementara kita sekoah sambil mengikuti arus.  Betul gak ?

2)  Materi pembelajaran yang tak seimbang :

Dunia kerja menuntut kita bisa bercakap dengan bahasa Inggris, sementara sejak SMP sampai SMA kebanyakan yang dipelajari adalah TENSES. Ada tenses yang dipelajari di SMP, kita kembali jumpai di SMA. Selain itu, sangat sedikit kesempatan kita melakukan praktik berbicara bahasa Inggris dalam kelas, siswa butuh banyak praktik berbicara untuk bisa menguasai skill speaking. Sedangkan materi di kelas lebih banyak mengarah ke pembacaan konsep dan kerja tugas LKS yang menumpuk. Betul ? Selain itu, cara mengajar setiap guru di sekolah berbeda-beda. Ada yang disukai siswa, ada juga tidak. Selain itu, sistem pengajaran setiap guru tidak konsisten. Artinya, guru yang mengajar kalian berbeda beda jika kalian naik kelas. Bisa jadi kalian berkembang saat kelas satu karena gurunya bagus mengajar tapi bisa jadi kalian menurun jika naik kelas dua karena diajar oleh guru yang berbeda. Betul gak?

3.)  Masalah yang lebih parah adalah jenis pemberian soal-soal bahasa Inggris di kelas tidak sesuai dengan kebutuhan siswa saat menghadapi ujian-ujian penting seperti ujian Nasional khususnya bahasa Inggris, Ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, tes tertulis bahasa Inggris Penerbangan, Pelayaran, Pramugari, Polisi pariwisata, sekertaris di perusahaan asing dan banyak lagi. Selama sekolah dan belajar di kelas, siswa lebih banyak belajar mengisi jawaban dari pertanyaan 5W+1H dari naskah cerita seperti dongeng-dongeng lokal yang berbentuk text bahasa Inggris, menjawab respon yang sesuai dengan dialog-dialog sederhana. Sedangkan yang siswa akan hadapi di ujian nasional adalah naskah panjang yang berisi soal-soal menemukan topik, ide pokok dan informasi detail wacana tersebut. Banyak siswa merasa bahwa pembelajaran bahasa Inggris di kelas tidak nyambung dengan bentuk soal-soal ujian di UN dan tes perguruan tinggi negeri.

Jadi jangan heran, jika banyak siswa kurang percaya diri meski mereka sudah mendapat bimbingan les di sekolah. Banyak dari mereka yang sudah les di sekolah, kembali masuk bimbingan belajar untuk mengulang pelajaran yang belum dikuasai. Ilmu yang siswa peroleh di sekolah selama 3 tahun belum membuatnya percaya diri menghadapi ujian masuk universitas, belum membuatnya percaya diri lulus tes di lembaga akademi yang dipilih. Jika siswa merasa puas dengan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, mengapa banyak dari mereka rela jauh-jauh ke Makassar melakukan kursus/ bimbingan belajar ? Padahal 3 tahun di SMA bukan waktu yang singkat untuk belajar bahasa Inggris. Sedangkan mereka belajar di tempat kursus / bimbel hanya berkisar sampai 2-3 bulan. Aneh kan?


 

Pos blog pertama

Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika ingin, Anda dapat menggunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai alasan Anda memulai blog ini dan rencana Anda dengan blog ini. Jika Anda membutuhkan bantuan, bertanyalah kepada orang-orang yang ramah di forum dukungan.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑